Jika dibandingan dengan PSN, biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali kegiatan fogging sangatlah besar yaitu kurang lebih 2 juta rupiah, mahal sekali bukan?. Selain itu, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, sedangkan telur dan larva nyamuk tidak ikut terbunuh. Hal ini memungkinkan telur atau larva nyamuk yang tidak mati, berkembang biak menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 3-6 hari. Sedangkan PSN, yang diberantas adalah telur dan jentik dari nyamuk, sehingga mencegah kemungkinan berkembangbiaknya telur atau jentik menjadi nyamuk dewasa.
Efek samping fogging terhadap kesehatan kerap terjadi yang berupa iritasi kulit atau iritasi saluran pernapasan. Sehingga sebelum fogging, warga harus diinformasikan terlebih dahulu untuk menutup makanan atau minuman dan menggunakan masker atau menjauh pada saat kegiatan fogging berlangsung. Resistensi bahan fogging sudah terjadi di beberapa wilayah, terutama pada wilayah yang sering dilakukan fogging, sehingga muncul kekebalan nyamuk terhadap bahan aktif fogging. Alhasil, banyak nyamuk yang tidak berhasil diberantas. Selain itu, hasil penelitian di India didapati bahwa nyamuk Aedes aegypti memiliki kemampuan menghindar pada saat fogging, sehingga tidak banyak nyamuk yang mati pada saat fogging dilakukan, dan 3-5 hari kemudian nyamuk datang dan menginfeksi kembali warga yang tinggal di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, pemberantasan nyamuk dengan fogging hanya bersifat sementara dibanding dengan PSN yang dilakukan rutin minimal setiap minggu sekali. Edukasi mengenai PSN harus terus digalakkan kepada seluruh masyarakat agar paham bahwa PSN merupakan metode pemberantasan nyamuk yang lebih efektif dan efisien dibandingankan dengan fogging yang masih banyak kekurangan dan kendalanya di lapangan. Tentunya pekerjaan ini harus dilakukan bersama-sama, melibatkan seluruh elemen masyakat, agar jumlah kasuk DBD di Kelurahan Sawojajar tidak bertambah dan Kejadian Luar Biasa tidak terjadi.
Mari cegah wabah DBD dengan cara sederhana, murah dan efektif, Salam Rajajowas Tahes Komes. (sub)