Saat ini, isu dan permasalahan lingkungan terus berkembang dan semakin kompleks. Bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan umum pasti akan berpengaruh terhadap tingkat pembangunan suatu wilayah. Semakin banyaknya lahan terbangun maka tingkat alih fungsi lahan juga semakin tinggi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin berkurang. Pengalihan fungsi lahan tersebut dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, bahkan dapat menyebabkan bencana alam yang tentunya merugikan manusia.
Salah satu bencana yang mungkin terjadi akibat pengalihan fungsi lahan dan berkurangnya RTH adalah banjir. Banjir dapat dijumpai di wilayah perkotan maupun pedesaan. Tentu saja banjir yang terjadi akan berdampak pada banyak aspek, baik terhadap wilayah yang terkena banjir itu sendiri maupun wilayah disekitar tempat banjir. Melihat dari buruknya dampak banjir, maka sebagai manusia yang harus bertanggung jawab atas kelestarian alam, kita harus berupaya menanggulangi dan sebisa mungkin mencegahnya. Pengalihan fungsi lahan dan berkurangnya RTH dapat mengurangi daya resap tanah terhadap air, sehingga air hujan akan mengalir dipermukaan dan berakhir di sungai dan di suatu daerah yang terdapat cekungan tanah maka air tersebut akan tergenang. Kapasitas sungai untuk menampung limpasan air permukaan ada batasnya, sehingga apabila limpasan air permukaan melebihi batas maka bisa terjadi banjir.
Hal ini juga terjadi di kawasan lingkungan sekolah tepatnya SDN Sawojajar 4, kelurahan Sawojajar, kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Di wilayah tersebut memiliki tekanan penduduk yang tinggi serta terjadi konversi lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Akibatnya, terjadi penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke tanah sehingga meningkatkan debit yang menyebabkan banjir lokal di area tersebut.
Dimana hampir bisa dikatakan, setiap hujan turun dengan intensitas yang tinggi maka akan menyebabkan banjir di halaman sekolah tersebut. Upayah yang dilakukan oleh sekolah yaitu menanam pohon maupun tumbuh-tumbuhan serta oenataan drainase. Akan tetapi, penanaman pohon butuh waktu yang tidak singkat dan lahan yang cukup luas untuk bisa menumbuhkan akar yang kokoh serta besarnya debit air membuat hal tersebut tidak berdampak signifikan.
Berkaitan dengan kurang efektifnya penanaman pohon di daerah pemukiman, maka cara lain sebagai solusi dari pemasalahan banjir ini adalah membuat Lubang Resapan Biopori. Pembuatan biopori dapat dipilih dimana air akan berkumpul atau bisa juga dengan mengatur agar air mengalir ke lubang biopori tersebut. Selain itu, lubang resapan biopori juga dapat dibuat di saluran pembuangan air hujan, sehingga akan mengubah fungsi saluran dari saluran pembuangan menjadi saluran peresapan air hujan. Sehingga air akan terserap ke dalam halaman dan tidak menjadi beban bagi saluran drainase, yang pada akhirnya tidak menambah genangan aliran air di permukaan tanah yang berakibat banjir.
Hari ini 8/01 Kader lingkungan Kelurahan Kedungkandang serta Kader Lingkungan Kelurahan Sawojajar bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menanam sekitar 7 lubang biopori, dimana harapannya agar sedikit mengurangi debit air, sehingga tidak lagi terjadi genangan air pada saat turun hujan, mengingat proses belajar dan mengajar di sekolah ini menerapkan sistem full day.
Berikut sedikit ulasan tentang biopori, semoga bermanfaat bagi pembaca
Apa itu Lubang Resapan Biopori (LRB)?
Lubang Resapan Biopori menurut Peraturan Menteri Kehutanana Nomor: P.70/Menhut-II/ 2008/ Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air dalam tanah.
Lubang resapan biopori berbetuk silindris yang dibuat vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalamannya sekitar 80-100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang tersebut diisi sampah organik (bisa menampung sampai 7,8 liter sampah) yang dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehingga aktivitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas organisme tanah tersebut maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk.Akibatnya, air bisa teresap oleh tanah sehingga memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan dan bisa mengurangi limpasan air hujan yang turun ke sungai.Teknologi ini juga dinamakan mulsa vertikal karena teknologi ini mengandalkan jasa hewan tanah untuk membentuk pori-pori tanah. Prinsip LRB ini adalah menghindari air hujan yang mengalir ke daerah yang lebih rendah dan membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui LRB tersebut.
Dalam pembuatan lubang resapan biopori terdapat beberapa persyaratan agar biopori dapat bekerja secara maksimal, yaitu tanah harus mudah meloloskan air, dibangun tidak melebihi kedalaman permukaan air tanah, harus menggunakan sampah organik, pemantauan dan pengisian sampah kembali karena sampah yang berada di LRB bisa menyusut dan berkurang, jarak antar LRB antara 50-100 cm, dibuat ditempat khusus seperti di sekeliling pohon, pada tanah kosong, disekitar rumah, dsb.
Manfaat Lubang Resapan Biopori
Teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) ini memiliki banyak manfaat, berikut ini adalah beberapa manfaat dari LRB :
- Meningkatkan daya resap air, sehingga bisa menambah cadangan air tanah
- Mengurangi genangan air sehingga dapat menghindari sumber penyakit
- Mencegah banjir,meningkatnya daya resap air ke tanah akan mengurangi jumalah air limpasan dan air yang ada dipermukaan akan segera masuk ke tanah dan tidak semua berakhir di sungai, sehingga lingkungan dapat terhindar dari banjir
- Sebagai tempat pembuangan sampah organik dan mengubahnya menjadi kompos alami sehingga volume sampah organik dapat berkurang
- Menyuburkan tanaman, sampah organik yang dibuang ke lubang biopori akan menjadi makanan atau energi bagi organisme tanah seperti cacing dan rayap, organisme tersebut dapat mengubah sampah organik tersebut menjadi kompos alami sehingga tanah menjadi subur.
- Meningkatkan kualitas air tanah, organisme tanah mampu menguraikan sampah organik menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air.
- Mencegah terjadinya erosi tanah
Cara Membuat Lubang Resapan Biopori
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan Lubang Resapan Biopori
- Cari tempat dan lokasi yang tepat untuk membuat lubang resapan biopori, yaitu pada daerah air hujan yang mengalir seperti taman, halaman parkir, dan sebagainya. Kemudian tanah yang akan dilubangi disiram terlebih dahulu dengan menggunakan air. Penyiraman ini bertujuan agar tanah mudah untuk dilubangi.
- Letakkan mata bor tegak lurus dengan tanah untuk memulai pengeboran. Setelah arahnya pas, lakukan pengeboran dengan menggunakan bor dengan menekan bor tersebut ke arah kanan hingga bor masuk kedalam tanah. Dan untuk memudahkan pengeboran, lakukan penyiraman dengan air selama pengeboran. Diameter untuk lubang resapan biopori adalah 10-30 cm.
- Setiap kurang lebih 15 cm atau sedalam mata bor berhenti, tarik mata bor sambil terus diputar ke arah kanan, untuk membersihkan tanah yang berada didalam mata bor. Bersihkan mata bor dengan menggunakan pisau atau alat tusuk lainnya.
- Lakukan proses pelubangan tanah secara berulang sampai mencapai kedalaman sekitar 80-100 cm atau tidak melampaui kedalaman air tanah pada dasar aliran atau alur yang telah dibuat. Apabila tanah berbatu atau berkerikil, maka pengeboran dilakukan hingga batas kedalaman yang mampu ditembus oleh bor.
- Setelah lubang terbentuk, lakukan penguatan terhadap mulut lubang dengan menaruh adukan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm disekeliling mulut lubang.
- Kemudian isi lubang resapan biopori dengan menggunakan sampah organik yang berasal dari dedaunan pohon dan lain sebagainya. Sampah organik perlu selalu ditambahkan kedalam lubang yang isinya sudah berkurang menyusut karena proses pelapukan.
- Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan biopori itu sendiri.
Lubang Resapan Biopori dapat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk diterapkan di kelurahan Pedalangan karena tersedianya lahan terbuka yang cukup, pembuatannya yang tidak terlalu rumit dan tidak banyak memakan biaya. Adanya LRB tersebut diharapkan dapat mengurangi bahkan mencegah terjadinya banjir yang kerap melanda wilayah tersebut.